Dibalik Deklarasi Dukungan Koalisi Buruh Jakarta Untuk Anies – Sandi

Jakarta, KPonline – Hari ini akan menjadi salah satu hari yang bersejarah bagi Koalisi Buruh Jakarta. Sabtu, 1 April 2016, mereka mendeklarasikan dukungan untuk kemenangan Anies Baswedan – Sandiaga Uno dalam putaran dua Pilkada DKI Jakarta.

Apa yang penting dalam dukungan ini? Bagi saya, ini adalah tentang keberanian. Keberanian dalam memgambil sikap. Keberanian untuk memihak.

Kedua pasangan, Ahok-Djarot maupun Anies-Sandi tidak ada yang sempurna. Namun demikian, tentu saja, diatara keduanya ada yang lebih baik. Dalam hal ini, tentu saja Anies-Sandi lebih baik. Setidaknya Anies memiliki komitment untuk merealisasikan tuntutan buruh dan rakyat. Dalam penilaian dan demi kebaikan itulah, akhirnya Koalisi Buruh DKI Jakarta menjatuhkan pilihan kepada Anies – Sandi.

Adalah Sepuluh Tuntutan Buruh dan Rakyat, yang kemudian disingkat Sepultura, bisa menyatukan hati kaum buruh di DKI Jakarta untuk memberikan dukungan itu.

Saya tahu persis bagaimana persiapan dilakukan, sebelum deklarasi hari ini.

Sedikit banyak saya tahu, bagaimana proses menyakinkan Anies-Sandi bahwa 10 kontrak politik yang dibuat oleh Koalisi Buruh Jakarta baik untuk rakyat. Pun saya mengikuti debat terkait perumusan Sepultura. Tidak mudah mengakomodir gagasan dari 13 federasi yang tergabung dalam dalam koalisi ini.

Ketika kemudian Sepultura berhasil dirumuskan dan ditandatangani, sesungguhnya itu adalah simbol, bahwa 10 tuntutan itulah yang sesungguhnya sedang diperjuangkan oleh Koalisi Buruh Jakarta.

Pada akhirnya, kemenangan Anies-Sandi hanyalah semacam pintu masuk untuk kemenangan lain yang lebih besar. Bahkan jika kalah, saya percaya, perjuangan Koalisi Buruh Jakarta tak akan berhenti. Terbukti, 10 tuntutan itu sudah menjadi perjuangan kaum buruh sejak lama. Siapapun yang memimpin Jakarta.

Beberapa kawan mengingatkan, bahwa kontrak politik tidak memiliki pengaruh. Jika dilanggar, tidak ada sanksi hukum yang bisa diterapkan. Buruh akan dibohongi dan ditinggal ketika mereka berkuasa.

Dalam hal ini, hukum jangan hanya dimaknai sebagai teks tertulis yang tercantum dalam Undang-Undang dengan sanksi penjara dan denda. Hukum juga bisa berupa aturan tidak tertulis. Setiap pengikaran atas apa yang diperjanjikan adalah wanprestasi. Pada saatnya nanti, buruh dan rakyat akan menghukum jika memang janji tak ditepati. Akan ada saat mereka kembali meminta dukungan.

Kewaspadaan penting. Tetapi kecurigaan dan kekhawatiran yang berlebihan hanya akan mematikan kreativitas dan menghambat kemajuan.

Dibalik semua itu, ini adalah harapan baru untuk Jakarta yang lebih baik. Tugas kita adalah setia menjaga api harapan itu tetap menyala. Karena dengan begitu, kita selalu memiliki kesungguhan untuk mewujudkannya menjadi nyata.