Demi Kelestarian Habitat Lutung Jawa, Obon Tabroni Kembali Kunjungi Muara Gembong

Berjuang sekuat tenaga agar Lutung Jawa tidak sekedar menjadi cerita.

Bekasi, KPonline – Sebelumnya, Obon Tabroni pernah datang ke Muara Gembong bersama relawan. Itu terjadi pada bulan Mei lalu. Mereka melakukan bhakti sosial dengan menanam seribu bibit Mangroove, sebagai bentuk kepedulian dan upaya untuk menyelamatkan pesisir Utara Jawa.

Kali ini, Sabtu (05/11/2016), Obon kembali ke Muara Gembong untuk meninjau kondisi populasi Lutung Jawa ekor panjang yang kondisinya sangat menghawatirkan. Hewan yang memiliki nama latin Trachypithecus Auratus ini merupakan salah satu jenis hewan lutung asli (endemik) Indonesia. Tetapi populasi dan habitatnya yang terus mengalami penurunan.

Bacaan Lainnya

Sebagaimana spesies lutung lainnya, lutung jawa ini yang biasa masyarakat sekitar dikenal dengan sebutan “Lutung Budeng” yang mempunyai ukuran  55 cm dengan ekor yang panjangnya mencapai 80 cm bahkan rekor yang pernah warga sekitar temukan mencapai 1 meter.

Perjalanan Obon dan rombongan yang membawa serta keluarganya ini, menempuh jarak sekitar 60 km dari Obon Tabroni Center (OTC) atau sekitar 60-90 menit dengan roda empat, mengingat kondisi jalan yang labil.

Berjuang sekuat tenaga agar Lutung Jawa tidak sekedar menjadi cerita.
Berjuang sekuat tenaga agar Lutung Jawa tidak sekedar menjadi cerita.

Setelah sampai di dermaga pasar Pantai Mekar, Obon harus menempuh perjalanan lewat jalur air dengan perahu kecil menuju Desa Muara Bendera, yang termasuk dalam kawasan cagar alam Muara Gembong.

Didampingi Polsek Muara Gembong dan warga sekitar, Obon langsung menuju lokasi habitat lutung jawa ekor panjang. Lutung jawa ekor panjang ini sangat sensitif dengan kedatangan rombongan. Menurut Relawan Save Muara Gembong (SAVEMUGO), Rahaditya, dahulu lutung jawa ekor panjang ini tidak agresif dan sensitif seperti sekarang. Mungkin karena mereka merasa selalu diburu dan dirusak habitatnya oleh orang tidak bertanggung jawab itu sebabnya mereka agresif. Maraknya pemburuan liar lutung jawa karena hewan ini baik daging maupun otaknya dianggap sangat mujarab sebagai obat penambah stamina. Selain itu, hewan endemik ini diburu sebagai hiasan.

Obon menanggapi permasalahan habitat lutung jawa ekor panjang ini. Menurutnya, rusak dan menurunnya jumlah populasi karena lemahnya perlindungan hukum terhadap pelaku pemburuan liar. Disamping tercemarnya lingkungan, terutama sungai Citarum menjadi faktor yang menghambat perkembang biakan hewan ini.

Mengenang kembali binatang yang menggemaskan ini, saat populasinya belum diambang kepunahan.
Mengenang kembali binatang yang menggemaskan ini, saat populasinya belum diambang kepunahan.

Sekitar dua puluh tahun lalu dengan mudahnya orang-orang yang berkunjung ke pesisir Muara Gembong melihat aksi Lutung Jawa yang menarik dan menggemaskan. Pesona ketika menyaksikan mereka menarik kepiting dengan menjuntaikan ekornya ke dalam air laut di pesisir pantai. Bagaikan pemancing, dengan ekornya itu, kepiting dibantingnya ke pohon bakau hingga mati lalu dagingnya dilahap.

Namun itu dulu, saat ini kita tidak bisa melihatnya lagi. Semuanya seperti menghilang ditelan ombak pesisir. Dari hasil peneltian menarik yang dibuat oleh Pusat Studi FMIPA, UI, 2009. Mereka meneliti wilayah Pesisir Muara Gembong berdasarkan Studi Kelautan Pelestarian Ekosistem Hutan Bakau, salah satu sebabnya adalah akibat terjadinya perubahan ekosistem yang menuju kehancuran di sana.

Bayangkan saja, menurut data luas wilayah hutan bakau dalam kurun waktu 66 tahun (1943-2009) telah mengalami penyusutan hebat dengan tersisa hanya 16,27 persen.Penyusutan ini berbanding lurus dengan menurunnya populasi hewan yang hidupnya di hutan bakau seperti Lutung Jawa ekor panjang yang populasinya hanya sekitar 40 ekor di Muara Gembong ratusan ekor saja diseluruh penjuru dunia. (*)

Kontributo: Heru Irwan

Foto: Adhie Bachtiar

Pos terkait