Dari Buruh Pabrik Menjadi Driver Ojek Online, Tetap Berserikat

Para driver ojek online dari berbagai aplikasi saat melakukan aksi unjuk rasa bersama-sama dengan FSPMI.

Jakarta, KPonline – Malam ini begitu dingin. Tetapi tak sedingin hatiku yang membeku.

Sudah 2 hari 2 malam aku tak berani pulang ke rumah. Ya, aku malu untuk pulang ke rumahku sendiri. Meskipun aku tahu istri dan anak-anakku menungguku.

Entah harus dimulai dari mana. Jika mengingat kejadian waktu yang lalu, butuh keberanian dan ketabahan agar air mata tak tumpah. Pasti aku akan menangis. Pasti.

Sebenarnya aku dan kawan-kawanku yang lain tidak ada niat atau bahkan merencanakan untuk melakukan aksi demo atau mogok kerja. Tapi situasi dan kondisi kerja di pabrik tempat kerjaku yang dulu sangatlah tidak nyaman. Keselamatan dan kesehatan kerja yang tidak terjamin, upah yang rendah bahkan dibawah UMK dan yang lebih parah, gaji kadangkala dibayarkan telat dan seringkali kami mendapat gaji dicicil 2 kali bahkan pernah sampai 3 kali.

Dengan situasi dan kondisi kerja yang “aneh” tersebut, aku dan kawan-kawan yang lain berinisiatif membentuk serikat pekerja.

Kalian tahu, itu bukanlah hal yang mudah buat kami yang baru mengenal dunia perburuhan. Tekanan dan intimidasi dari pihak perusahaan menambah deretan daftar “pusing” yang aku rasakan selama ini.

Situasi dan kondisi dirumah pun tidak mendukung gerakan yang akan kubangun bersama kawan-kawan. Istriku selalu menasehatiku agar memberi jarak kepada kawan-kawanku yang dianggapnya gila. Ini serius. Aku dan kawan-kawanku yang merencanakan pembentukan serikat pekerja dianggap gila oleh istriku sendiri. Sesama buruh di tempatku bekerja dan juga oleh orang-orang yang tidak tahu apa itu serikat, juga memiliki pemikiran yang sama.

Dan inilah hasilnya. Perjuangan kami menang.

Orang-orang yang dianggap “gila” itu melakukan sesuatu hal yang pada awalnya dianggap mustahil. Satu hal penuh kebanggaan bisa kuceritakan kepada anak cucu kelak. Dimana waktu itu kami berhasil mengangkat derajat kawan-kawan buruh kontrak menjadi buruh tetap. Dimana waktu itu upah kami sedikit lebih baik dari sebelumnya dan kami sangat bersyukur atas hal tersebut.

Hingg satu ketika, ponselku berdering. Di ujung sana kawan seperjuangan meneleponku. Memberitahu akan ada aksi mogok kerja di salah satu pabrik di kawasan industri. Dia menanyakan kabarku dan keluarga. Ach, basa-basimu sudah terbaca kawan. Tak apalah, yang penting aku tahu niat baik dan tulusmu. Padahal kau tahu, aku sudah tidak menjadi buruh lagi saat ini. Tapi ketika kumendengar ada buruh yang teraniaya dan terdzolimi para pelaku kapitalis atau para birokrat busuk, hatiku selalu bergetar dan akan langsung bergerak untuk membantu.

Tiba-tiba pikiran dan lamunanku buyar. Ada calon penumpang yang akan menggunakan jasaku. Aku memilih menjadi ojek online roda dua. Dan kulalui hari-hariku dengan keikhlasan dan pengorbanan. Karena aku tahu, setiap jalan yang kita pilih pasti ada konsekwensinya.

Ketika aku mengetahui ojek online bergabung dalam serikat pekerja, aku memutuskan untuk ikut bergabung dalam serikat ini. Bagaimanapun aku sadar, berserikat membuatku bermartabat.

#SalamSatuAspal

Penulis : Rinto Dwi Wahana