“Buruh Go Politik” dari Pabrik Menuju Parlemen

Sejumlah relawan ‘Buruh Go Politics’ sedang bercengkerama di Kepsonic, berlatar belakang spanduk para caleg yang diusung oleh FSPMI.

KORANPERDJOEANGAN.COM – Pemilihan legislatif atau pileg tahun 2014 sudah didepan mata, untuk kesekian kalinya wakil buruh/pekerja ikut meramaikan bursa pemilihan anggota legislatif. Bahkan slogan ‘buruh go politik’ sudah terdengar tak asing lagi. Semakin banyak orang yang mengucapkan tatkala ada calon legislatif dari kalangan pekerja/buruh melakukan sosialisasi dan konsolidasi.

Sejumlah relawan ‘Buruh Go Politics’ sedang bercengkerama di Kepsonic, berlatar belakang spanduk para caleg yang diusung oleh FSPMI.
Sejumlah relawan ‘Buruh Go Politics’ sedang bercengkerama di Kepsonic, berlatar belakang spanduk para caleg yang diusung oleh FSPMI. | KP Foto: Kascey

Menurut Said Iqbal, Presiden KSPI/FSPMI, disela-sela acara konsolidasi buruh di Bekasi beberapa waktu yang lalu, hal ini merupakan fenomena menarik, karena buruh sudah membuktikan bahwa mereka bekerja bukan semata-mata untuk dirinya tetapi juga untuk kepentingan rakyat secara keseluruhan.

Bacaan Lainnya

Sebagai bukti Iqbal membeberkan beberapa capaian yang didapat seperti jaminan kesehatan untuk seluruh rakyat tanpa terkecuali, kenaikan upah hingga 50 % dan pelarangan penggunaan buruh outsourcing dibagian inti perusahaan serta jaminan pensiun untuk seluruh pekerja formal. Selain itu, Iqbal juga menyatakan pihaknya hingga saat ini masih terus berjuang melawan segala bentuk tidak kekerasan terhadap buruh.

Selanjutnya mengenai seberapa pentingnya buruh untuk berpolitik, Iqbal menjawab dengan tegas “sangat penting” lebih dari penting, karena go politik adalah sebuah keharusan.  “Kader buruh yang duduk di lembaga legislatif inilah yang kelak diharapkan mampu mengawal target-target perjuangan kaum buruh dan saya percaya mereka bisa, integritas dan kesetiaan mereka terhadap perjuangan kaum buruh sudah teruji bertahun-tahun lamanya,” ujarnya lagi.

Itulah sebabnya, lanjut Iqbal, KSPI dan FSPMI kembali meminta kepada seluruh anggota untuk memenangkan calon legislatif yang sudah direkomendasikan oleh organisasi. Menurutnya buruh harus meyakini satu hal, bahwa nasib buruh harus ditentukan oleh buruh itu sendiri.

”Memilih caleg kader buruh yang sudah direkomendasikan oleh organisasi adalah sebuah keharusan yang tak bisa ditawar. Sekali lagi, saya nyatakan integritas para caleg buruh ini sudah sangat teruji oleh waktu,” katanya.

Pada kesempatan tersebut, Iqbal juga menjelaskan bahwasanya Go politik tidak semata-mata menempatkan orang dalam lembaga legislatif,  lebih dari itu Go politik adalah bagian dari strategi perjuangan. Menurut Iqbal tidak dapat dipungkiri seluruh kebijakan Negara terkait perburuhan dihasilkan melalui proses politik dan dengan demikian menempatkan wakil buruh diparlemen menjadi kewajiban bagi kaum buruh, khususnya bagi KSPI dan FSPMI. “Jika ruang-ruang pengambil kebijakan sudah dikuasai, maka cita-cita kesejahteraan menjadi semakin dekat lagi,” ujar Iqbal menegaskan.

Pada kesempatan berbeda, Iswan Abdullah, caleg buruh untuk DPR RI (Dapil 7 Jawa Barat) dari PKS, mengemukakan optimismenya Pileg 2014 akan menjadi tahun politik untuk buruh sesuai jargon “Buruh Go Politik”.  Dirinya beralasan baru pada Pileg 2014 untuk pertama kalinya kaum buruh secara tegas menyatakan pilihannya untuk berpolitik, ini menunjukkan kaum buruh semakin memahami pentingnya politik bagi perbaikan nasib buruh kedepannya.

“Saya berharap pada Pileg 2014 caleg-caleg buruh bisa terpilih dan menduduki kursi parlemen baik DPRD tingkat II, tingkat I hingga DPR RI. Jika ini terwujud, maka untuk pertama kalinya buruh Indonesia memiliki wakil di parlemen yang benar-benar lahir dari rahim serikat pekerja/serikat buruh, dari rahim gerakan buruh sejati yang tahu apa sebenarnya dibutuhkan oleh buruh Indonesia,” ungkap Iswan.

Pun demikian Iswan mengakui untuk mewujudkan semua itu, para caleg buruh masih menghadapi berbagai persoalan di lapangan dalam menggalang suara kaum buruh. Salah satu peyebabnya, menurut Iswan, masih adanya buruh yang masih apatis terhadap politik, tapi ia yakin melalui konsolidasi dan sosialisasi akan pentingnya politik bagi buruh secara terus menerus, pihaknya mampu mereduksi sikap apatis menjadi dukungan kepada “buruh go politik”.

Senada diatas, Rustan, caleg buruh untuk DPRD I Jawa Barat (Dapil Kab. Bekasi) dari PDI-P, meyakini caleg buruh pada pileg 2014 lebih siap dibandingkan dengan pileg-pileg sebelumnya. Ia melihat saat ini mayoritas kaum buruh sudah memiliki pemahaman yang lebih baik terkait masalah politik.

“Saya melihat saat ini kaum buruh lebih antusias mendukung calegnya menghadapi pileg 2014. Antusiasme ini muncul setelah melalui pengalaman selama ini dan juga setelah pimpinan serikat pekerja/serikat buruh memberikan pemahaman yang benar kepada anggotanya mengapa buruh harus berpolitik. Sosialisasi ini kita lakukan secara bertahap dari satu pabrik ke pabrik lainnya hingga menyentuh setiap lapisan akar rumput dari buruh ,” jelas Rustan.

“Dengan slogan buruh “go politik” kami mencoba memberikan pemahaman yang benar hingga ketingkat “akar rumput” buruh terkait pentingnya buruh berpolitik, karena seluruh kebijaksanaan pemerintah, termasuk masalah perburuhan merupakan produk politik. Riskan sekali jika buruh antipati terhadap politik, padahal proses politik yang melahirkan kebijakan terkait kesejahteraan buruh,” beber Rustan.

Rustan juga menepis anggapan yang mengatakan caleg buruh yang dicalonkan dari lintas partai rawan perpecahan. Menurutnya munculnya caleg buruh dari lintas partai menunjukkan kaum buruh sudah lebih dewasa dalam berdemokrasi.

Ditempat terpisah, Nurdin Muhidin, caleg buruh untuk DPRD II Kab. Bekasi (Dapil I Kab. Bekasi) dari PAN kepada KP menyatakan kesiapannya dalam menghadapi pileg 2014 ini. Pada kesempatan tersebut dirinya mengungkapkan terima kasih kepada organisasi (FSPMI) karena telah secara tegas mendukung pecalegkannya.

Ia melihat mesin politik organisasi mulai dari PUK, PC, KC, DPW, PP dan DPP FSPMI secara nyata telah bekerja maksimal mendukung proses pemenangan caleg-caleg buruh menuju parlemen, baik di bidang sosialisasi maupun konsolidasi. Pada kesempatan ini Nurdin berharap seluruh kaum buruh bersatu padu caleg-caleg buruh dalam pileg 2014 tanpa melihat perbedaan asal organisasi. “Semua ini kami lakukan atas nama buruh Indonesia, bukan atas nama organisasi tertentu,” pungkas Nurdin.

Pun demikian Nurdin juga mengakui pihaknya masih menemukan beberapa kendala, baik internal maupun eksternal, misalnya masalah logistik masih minim dan serangan dari lawan-lawan politik yang tidak ingin wakil buruh ada di parlemen. Akan tetapi Nurdin yakin dengan kerja keras dan keikhlasan maka semua kendala bisa teratasi. “Ingat 9 April 2014 Buruh Pilih Buruh” ujar Nurdin menegaskan.

Sayed Masykur 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *