Apa Bedanya Ananda Sukarlan dan M. Nurfahroji?

Jakarta, KPonline – Sebenarnya hal ini tak perlu ditanyakan lagi. Antara Ananda Sukarlan dan M. Nurfahroji jelas berbeda. Satu adalah pianis dan komponis kenamaan. Sedang satunya adalah aktivis buruh yang militan.

Barangkali, yang membuat keduanya sama adalah sama-sama berjenis kelamin laki-laki. Eh, bukan itu ding. Keduanya pernah sama-sama melakukan aksi walk out.

Meski sama-sama walk out, tetapi pesan yang hendak disampaikan berbeda.

Amanda Sukarlan walk out saat Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berpidato dalam acara perayaan 90 tahun sebuah sekolah ternama di ibu kota. Sedangkan bung Oji, panggilan akrab M. Nurfahroji, melakukan walk out dalam sebuah acara sosialisasi PP 78/2015.

PP 78/2015 sendiri ditolak oleh buruh Indonesia. Itulah mengapa, sikap bung Oji dalam pertemuan resmi itu dianggap heroik. Mewakili suara mayoritas buruh Indonesia.

Satu hal yang penting, ini dilakukan dalam forum yang tepat. Dimana forum itu merupakan ajang sosialisasi PP 78/2015, sesuatu yang ditolak oleh kaum buruh.

Sedangkan aksi Ananda Sukarlan dinilai lebih kepada menunjukkan permusuhan pribadi dengan Anies Baswedan. Saat mendapat giliran berpidato, Ananda mengkritik panitia penyelenggara karena mengundang Anies.

“Anda telah mengundang seseorang dengan nilai-nilai serta integritas yang bertentangan dengan apa yang telah diajarkan kepada kami. Walaupun Anda mungkin harus mengundangnya karena jabatannya, tapi next time kita harus melihat juga orangnya,” ujarnya.

“Ia (Anies Baswedan) mendapatkan jabatannya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Kanisius. Ini saya tidak ngomong politik, ini soal hati nurani dan nilai kemanusiaan,” lanjutnya.

Itulah kenapa, sekelas Budayawan Franz Magis Suseno menyesalkan aksi walk out tersebut. Menurutnya, di negara manapun, di luar pertemuan politik, hal seperti ini jarang terjadi.

“Andaikata Gubernur mengatakan sesuatu yang tidak senonoh/jahat/menghina, walk out dapat dibenarkan. Tetapi walk out kemarin menunjukkan permusuhan terhadap pribadi Gubernur merupakan suatu penghinaan publik,” kata Romo Magnis dalam keterangan tertulisnya.

Anies Baswedan juga menurutnya adalah Gubernur sah DKI Jakarta yang dipilih secara demokratis. Karena itu ia menyayangkan saat sebagian peserta menggunakan kesempatan 90 tahun Kanisius untuk menunjukkan permusuhan terhadap Anies.

Oji lain lagi. Dalam aksi 10 November 2017 di depan Balai Kota, dia menjadi singa orator mengkritik Anies Baswedan dalam hal penetapan UMP 2018 yang dinilai mengingkari komitmen dengan kalangan buruh.

Kritik yang disampaikan Oji lebih pada kebijakan Anies Baswedan. Tak ada tendensi kebencian. Apalagi berbau sara.

Begitu pun ketika memutuskan walk out dalam sebuah forum pertemuan, ia lebih mendasarkan tindakannya pada kebijakan yang dianggapnya merugikan kaum buruh.